Ghaust?? Nama band yang satu ini mungkin belum familiar di telinga anda. Namun bagi anda yang ingin mencoba mendengarkan musik yang sedikit berbeda, anda harus mencoba karya dari band instrumental ini. Free! pun tertarik dengan band yang terlahir dari idealisme Uri A. Putra dan M. Edward ini, karena dengan penggabungan unsur metal, doom, post rock dan ambient, lahirlah sebuah sound unik yang hanya bisa disebut sebagai “musik Ghaust”. Berikut adalah interview singkat Free! dengan 'entitas' yang sedang mencoba membuktikan eksistensinya dalam dunia musik rock Indonesia ini.
Menurut kalian sound Ghaust kayak apa sih?
Uri : Heavy, berat dan berestetika dengan melodi yang dihasilkan di dalam musiknya Ghaust
Band apa saja sih yang menjadi influence kalian?
Uri : Earth, Pelican, Corrupted, Tool, Black Sabbath. Cenderung band-band doom dan juga progressive rock.
Edo : Band-band punk rock seperti Pennywise. Kita memang mendengarkan referensi musik yang berbeda namun kita berusaha untuk bisa menyatukan satu visi musik yang sama.
Track-track dalam album kalian kan sebenarnya dinamis, tidak terlalu repetitif dalam build up-nya, juga melodius tapi terkadang juga cenderung menyentuh teritori doom. Apakah itu yang menjadi ciri khas Ghaust?
Uri : Awalnya sih Ghaust emang dibuat untuk memainkan musik doom, tapi untuk ngedapetin parts drumnya tuh susah dan walaupun bisa lama-lama jadi terdengar basi. Bayangin aja dengan durasi lagu sampe 8-10 menit drumnya lambat terus, akhirnya mulai dimasukin tempo mid dan tempo cepatnya juga.
Berapa lama pengerjaan album kalian ini?
Sekitar 1,5 tahun
Kenapa Ghaust hanya berdua?
Uri : Pada awalnya sih Ghaust bertiga ada pemain bas-nya, tapi karena harus bekerja di Lampung akhirnya dia keluar dan belum sempet nyari pengganti. Akhirnya karena gak ada yang sevisi jadi berdua. Gua maen guitar dan Edo maen drum.
Dalam 6 track yang terdapat dalam album kalian, yang mana track favourite kalian?
Uri : At Sea We Are Nothing, karena di lagu ini komposisinya paling balance dan lengkap. Mid-nya ada, cepetnya ada sampe pelannya juga ada dan komposisinya bener-bener dipikirin gak asal pasang.
Edo : Akasia karena di lagu ini, ketukan drumnya merupakan ciri khas gue maen drum.
Seandainya track-track dalam album kalian diisi dengan lirik, apa tema liriknya?
Uri : Kalau gue mungkin bercerita tentang hutan, bulan dan laut (metafora)
Edo : Kalau gue mungkin temanya bercerita tentang masalah sosial dan lingkungan hidup
Bagaimana pandangan kalian terhadap perkembangan scene post metal di Indonesia?
Ghaust : Perkembangannya cukup lambat dan walaupun berkembang tidak akan terlalu besar, besarnya kayak segini aja. Bukannya mengeksklusifkan atau mempersulit tapi emang sudah sulit. Yang penting eksistensinya, mainin musiknya aja.
Jika ada kesempatan berkolaborasi dengan musisi manapun, baik luar atau dalam negeri. Siapa yang akan kalian ajak?
Uri : Trigger Mortis & Boris
Edo : Kelelawar Malam (Band Horror Punk Jakarta), Russian Circle
Ada rencana untuk melakukan promo album kalian tidak?
Kalau promo keyaknya enggak, kalaupun ada uang lebih mendingan untuk buat materi baru. Dan akhir tahun 2009 ada rencana split album dengan band Aseethe (U.S.A), yang kebetulan mereka juga mau tour Asia.